Everything happens for a reason. Part Choice.

Sebagian orang bilang bahwa hidup itu pilihan. Ya, saya setuju karena memang dalam hidup kita selalu ada perkara memilih. Hidup dan Mati juga perkara memilih bukan? Kita memilih untuk terus tetap hidup atau memilih untuk mati. Bahkan saat bangun ketiga pagi hari, untuk bangun dan beraktifitas atau melanjutkan tidur lagi juga perkara pilihan bukan?

Terkadang saya merasa konyol sekali saat dalam hidup saya begitu banyak pilihan. Konyol bukan berarti itu buruk, bukaaan. Cuman jatohnya jadi negative soalnya kalau dihadapkan dengan banyak pilihan malah berakhir dengan ngeluh dan gaj bersyukur. *sumpah ini fase yang membuat saya sebel dengan diri sendiri kalo lagi banyak pilihan gak bersyukur tapi malah ngeluh

Konyol yang saya maksud adalah sesuatu hal yang unik dan gak saya sangka yang terjadi dalam hidup saya. Konyol karena memang tak pernah saya sangka bisa terjadi. Tentu lagi-lagi saya mengingatkan diri sendiri, harus didasari rasa syukur.

Banyak yang merasa “menyesal” di akhir sebuah pilihan yang dijalani. Oke, sebagai manusia itu wajar. Tapi, kita kudu menimalisir hal tersebut bukan? Mengeluh dan menyesal tidak akan mengubah ending dari pilihan yang kamu ambil.

Pengalaman saya yang beberapa kali berada di banyak pilihan, ya pasti ada fase dimana saya menyesal memilih hal tersebut. Tapi, perlu disadari, bahwa jika kita memilih hal yang lain/ yang tidak kita pilih, justru mungkin ending lebih buruk bukan? Who’s know?

Saya pernah mendapatkan pilihan yang berat saat harus memilih ikutan training anggota baru UKM yang saya geluti yang saya adalah sebagai sie acara-nya atau berangkat ke Makassar karena saya menang hadiah lomba blog dan dapat tiket pesawat. Nah loh. Saya memilih untuk ke Makassar, tentu dengan pertanggungjawaban bahwa prepare kuntuk konsep acara Training itu sudah saya serahkan ke anggota sie acara. Saya membantu konsepnya. Mungkin setiap orang akan memilih hal yang sama, kapan lagi ke Makassar gratis, bahkan saat itu merupakan kali pertama saya bakalan naik pesawat. Namun bukan itu pointnya, sangsi saya gak ikutan Training adalah saya tidak mengenal anggota baru dan suasana kekeluargaan panitia UKM yang tidak saya dapatkan. Hal ini membuat saya merasa asing dalam satu periode kepemimpinan teman saya. Bahkan saya merasa tidak memiliki sumbangsih yang jelas ke UKM ini. Terkadang saya menyesali. Tentu yang saya sesalkan bukan pilihan saya, namun kenapa setelah kembali ke Makassar saya tidak memperbaiki dengan terjun didalam UKM dengan maksimal. *Namun lagi-lagi saya banyak bersyukur karena berhasil ke Makassar dan mendapatkan banyak pengalaman dan teman-teman baru tentunya.

Adalagi sebuah pengalaman yang sangat sangat sulit bagi saya. Saya medapatkan kabar duka dari rumah, dan pada saat itu sedang ada sharing dengan UMKM untuk go online bersama Plat-M di Sumenep. Saya menangis saat diluar acara, tak ada yang tahu, saya sudah mau nekat untuk pulang sendiri dari Sumenep ke Pare. Tapi telfon terus berdering. Dan keluarga di rumah tidak membolehkan saya untuk pulang. Tentu karena mereka khawatir. Mereka tahu kondisi saya jauh dan emosi saya pasti sedang kacau. Bagaimana tidak? Paman saya (adek dari Bapak) yang sedari saya kecil saya panggil ayah, meninggal dunia saat saya berada sangat jauh dari rumah. Pikiran saya kacau. Saya tak tahu harus bagaimana, saya mencoba untuk tenang dan tak bercerita ke siapapun, kecuali senior saya yang menelfon saya dan berusaha menenangkan saya pada saat itu. Pilihan antara pulang dan tidak pulang tentu sangat berat. Saya memutuskan untuk tidak pulang, karena emosi saya yang sedang tak terkendali. Saya berusaha menimati acara meskipun pikiran saya melanglangbuana. Berusaha tersenyum meskipun hati saya gundah gulana. Ini pilihan dan saya tau resikonya. *Semoga ayah berada di Surga bersama Bapak saya tercinta. Amin

Pilihan yang tidak dapat dihindari, bukan? Dan resiko dari memilih tentu ada. Apapun yang terjadi dalam hidup kita pasti ada alasannya. Saya ke Makassar? Karena Allah pasti punya alas an kenapa saya harus kesana. Kenapa saya stay di Sumenep dan gak pulang? Karena Allah pasti Maha Tahu, jika saya pulang mungkin saya akan meronta-ronta yang bahkan di agama saya tak boleh, di saat acara di Sumenep saya bisa meredamnya.

Urusan pilih memilih memang sulit, karena setiap detik dan menit yang kita lalui juga perkara memilih. Banyak sekali kejadian dalam hidup saya yang selalu dalam perkara pilih memilih. Saya selalu berusaha bersyukur. Jadi yuk sama-sama belajar syukur. Kuncinya adalah syukur dan melibatkan Allah pada setiap pilihan yang kita pilih. Semoga apapun yang kita pilih merupakan kebaikan dari Allah untuk Allah dan hanya karena Allah :) Bismillah ya :)

0 comments:

Posting Komentar