Kutipan dari Harvey yang merupakan seorang industrialis ini nampaknya memang benar. Ya, uang tak lagi penting, bahkan pengalaman yang penting-pun menjadi tak begitu penting. Kita dapat mendapatkan keduanya, baik pengalaman maupun uang. Yang paling penting disini adalah Ide yang dieksekusi.
Sebuah ide untuk membuat pompa air muncul dari Pak Sudiyanto, warga Banyumas biasa yang ingin mengalirkan air ke Desa Kotayasa Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas. Keinginan ini lahir karena adanya kebutuhan. Warga desa Kotayasa ini harus turun ke sungai setiap harinya untuk mendapatkan air bersih dan keperluan mandi, cuci serta kakus. Sungai tersebut memiliki dua sumber mata air yang merupakan sumber mata air terdekat dari pemukiman warga desa Kotayasa. Meskipun dinilai terdekat, namun warga harus berjalan beberapa meter lalu harus menuruni bukit untuk mencapai sungai ini.
Sebuah buku tua berbahasa Belanda beliau dapatkan dari perpustakaan desa. Buku ini menjadi referensi utama bagi beliau tentang teknologi pompa air yang memanfaatkan tenaga air itu sendiri. Beruntung beliau memiliki teman yang merupakan seorang guide sehingga dapat membantunya menerjemahkan maksud dari buku tersebut.
Sekita tahun 1997, dengan bermodalkan pinjaman sebesar 5 juta rupiah, beliau mulai mencoba mempraktikan apa yang sudah dipelajari. Jika menggunakan teori yang ada dalam buku tersebut maka pompa air tersebut hanya dapat mendorong air sampai ketinggian 7 meter saja, padahal pemukiman warga berada 300 meter diatas sungai tersebut. Pak Sudiyanto tentu terus mencoba melakukan otak atik mathuk. Mencoba terus sampai pompa tersebut dapat menaikkan air ke pemukiman warga. Hal ini tentu dinilai mustahil dan bahkan beliau di-judge sebagai wong gendeng alias orang gila.
Setelah terus mencoba dengan berbagai masalah dan kendala yang dihadapi, akhirnya Pak Sudiyanto mulai memahami cara kerja yang cocok dan terbaik untuk pompa air ini. Dan yak! Beliau berhasil membuat Pompa air yang notabennya benar-benar tanpa mesin dan listrik, mengalirkan air dari sungai ke pemukiman warga desa Kotayasa.

Pak Sudiyanto-pun mengikutkan Pompa Hydram (Hydraulic ram, sebutan untuk pompa air) ciptaannya dalam beberapa kompetisi dan bahkan menjadi pemenang. Namun sepertihalnya inovasi-inovasi baru yang cepat sekali ada tiruannya, Pompa Hydram karyanya justru dipatenkan oleh orang lain yang hadir dalam acara tersebut setelah membeli miniature pompanya.
Tentu Pak Sudiyanto tak berhenti sampai disitu, dipatenkan orang lain sudah terlanjur terjadi, Pak Sudiyanto tetap berinovasi kembali dan kini beliau telah menemukan sistem pompa yang lebih baik dari pompa yang ia ciptakan sebelumnya. Pak Sudiyanto kini tak sendiri, Bappeda Litbang Banyumas mendampingi beliau untuk penelitian serta dukungan berupa pendanaan (namun hanya sebagian saja, lainnya disokong melalui usaha pribadi beliau dan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Harmoni yang beliau buat)
Pompa Air Hysu (Hydram Sudiyanto), pompa hydram hasil karyanya ini berbeda dengan pompa hydram biasanya. Pompa ini memiliki aliran air yang jauh lebih konstan. Jika sebelumnya air keluarnya sedikit banyak tak tentu, dengan Pompa Hysu memiliki aliran yang lebih konstan. Hal ini dipengaruhi dengan adanya penambahan dan modifikasi komponen yang ada dalam pompa hydram sebelumnya. Segi katup sendiri, Pompa Hysu memiliki katup berbentuk kerucut, sehingga hal inilah yang membuat aliran air lebih konstan ketimbang menggunakan katup silinder.
Selain lebih konstan, Pompa Hysu ini mampu melontarkan air hingga 500 meter. Jadi, warga desa Kotayasa saat ini sudah tak lagi menuruni jalan berliku untuk mengambil air ke sungai. Dengan 300 rupiah per meter kubiknya mereka mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Ingin selalu bermanfaat bagi orang banyak, Pak Sudiyanto pun mengusulkan adanya sebuah paguyupan yang dapat mengelola iuran tersebut. Iuran tersebut kini dikelola oleh Paguyupan Masyarakat Pendamba Air Bersih (PMPAB) sehingga saat ada perbaikan atau pergantian komponen dapat dilakukan dengan cepat dan bagi warga yang tidak mampu-pun tidak dikenakan iuran.
Untuk tahu lebih banyak mengenai Pompa Hysu ini dan berminat untuk membeli demi desa kamu, kamu bisa buka KabarDesa.com :)
*Terima kasih Blogger Banyumas telah menyelenggarakan Juguran Blogger yang ke- 3 ini. Semoga dukungan dari Bappeda Litbang Banyumas, Bank Indonesia, PANDI.ID, @fourteen_adv, @lojadecafe, dan Hotel Santika Purwokerto dapat terus terjaga dan semakin bertambah :)
Pompa air Hidram Pak Sudianto ini adalah solusi untuk Indonesia yang masih terpencil. Semoga penemuan ini dilirik pemerintah dan Bapak Sudianto bisa didistribusikan di daerah-daerah yang membutuhkan.
BalasHapusSalut sama Pak Sudiyanto. Dan, inspirasinya itu loh dari sebuah koleksi buku di perpustakaan desa, literate nya kece^^
BalasHapus[…] ilmu kehidupan menjadi bonus yang sangat saya syukuri. Menanti Matahari di Bukit Tranggulasih, Inovasi Mutakhir Pompa Hydram Sudiyanto (Hysu) dan Belajar Falsafah Kehidupan dari Petani (Pejuang Tanah Air Indonesia) Banyumas adalah buah […]
BalasHapuskreenn mantappp
BalasHapusseandainya bisa bertemu dengan beliau dan menimba ilmu
mgkin aku juga bisa seperti bliauuuu