Bagaimana pendapatmu JIKA professor/dosen kamu memberikan tugas kuliah berupa BEPERGIAN KE LUAR NEGERI. ? TUGAS WAJIB dan PERGI ke luar negeri SENDIRI. Hmm, nampaknya jika saya sebagai mahasiswi yang mendapatkan kelas professor ini, saya kudu benar-benar menyiapkan mental. Bagaimana tidak harus siap mental, tugas ini bukan hanya bepergian ke luar negeri sendirian! Namun negara yang dituju-pun TIDAK boleh NEGARA SERUMPUN.
Awalnya saya geleng-geleng. Namun setelah membaca pengantar yang dituliskan oleh Prof. Rhenald Kasali Phd, selaku professor yang memberikan tugas nyentrik ke mahasiswanya ini, sampai habis, saya benar-benar melek. Beliau memberikan alasan tujuan yang benar-benar gamblang dan sangat cerdas akan tugas tersebut. Rangkaian kalimat beliau sangat menggugah semangat. Ah, Beruntung sekali para mahasiswa yang mendapatkan kelas beliau.
Tujuan dari penugasan ini adalah untuk memicu sekaligus mengaktifkan Self Driving atau kemampuan men-drive diri untuk menemukan pintu keluar jika terjadi kesulitan. Tidak selalu “manut” dengan keadaan, jika jalan buntu dan mentok terus berhenti? Tentu tidak! Jika seseorang memiliki kemampuan self driving yang bagus, kalau mentok ya belok. Kalau nyasar? Ya berarti kita telah menemukan jalan baru (yang belum pernah kita temui) toh!? Dalam hal ini, Prof Rhenald mengutip tentang filsafat Colombus.
KESASAR di Negeri Orang? Nampaknya SERU!

Kompilasi berbagai macam permasalahan kesasar dari buku ini tentu sangat menarik. Bukan hanya permasalahan saat kesasar, bahkan sebagian kisah dalam buku ini menceritakan pula permasalahan saat mendapatkan tugas ke luar negeri. Tentu saja permasalahannya beragam, ada yang harus meyakinkan orang tuanya, perpanjangan paspor yang sempat terlupakan, pemilihan negara tujuan dan tentu saja saat sudah di luar negeri permasalahan tak tahu arah, bahasa dan tentu saja kesasar. Bagi mahasiswa yang mendapatkan negara dengan masyarakat mayoritas mengerti bahasa Inggris tentu akan lebih mudah. Namun nyatanya sebagian mahasiswa ini mengalami kesulitan saat ternyata negara tujuan mereka masyarakatnya kurang mengerti bahasa Inggris.
Kendala bahasa misalnya yang dialami oleh Farah yang memilih Jerman untuk negara yang ia tuju. Disaat sesampai disana, ia bertanya kepada petugas untuk arah menuju hotelnya. Ia dibantu petugas tersebut dengan sebuah peta yang dicoret-coret oleh petugas untuk menunjukkan arah. Ia bersiap dan menuju tempat yang dimaksud oleh petugas. Farah sempat salah sangka dengan negara maju ini karena eskalator bandara tidak berfungsi. Ia memilih untuk menuruni tangga dengan membawa kopernya yang lumayan berat. Walhasil sesampai dibawah, ternyata ia berada dalam sisi yang salah. Terpaksa ia mengangkat kopernya kembali keatas melewati tangga untuk mencapai sisi yang lain dengan escalator yang tentunya berfungsi.hehe
Kisah-kisah yang lain juga memiliki pengalaman dan tetunya nilai masing-masing. Ada kisah pertemuan mahasiswi UI dengan TKW asal Indonesia yang memiliki mindset yang bagus, ada pula yang ke Birma dan sempat mengalami masalah saat transit di Singapura lalu sesampai di Birma ia bertemu dengan Zho, teman baru yang ternyata sangat baik (Honestly, saya suka sekali dengan Zho dia baik pake banget :) ) dan kisah-kisah lainnya.
Berbagai kisah dan pengalaman unik disampaikan dalam buku ini, kamu tentu dapat membacanya sendiri. Meskipun sayangnya memang setiap cerita memiliki jumlah halaman yang berbeda. Ada yang menceritakan pengalamannya dengan sangat detail sehingga bisa sampai 25 halaman. Ada pula yang menyampaikan kisanya singkat, jadi membuat saya kadang merasa ada yang kurang.
Tapi tetep, saya sangat merekomendasikan buku ini. Apalagi untuk anak-anak muda di Indonesia. Dari buku ini saya jadi belajar tentang SELF DRIVING yang penting bagi seorang manusia. Dan lagi, bukankah Allah juga menganjurkan kita untuk bertebaran di muka bumi ini dalam surat Al Jumu’ah ayat 10 yang artinya :
Maka apabila shalat telah selesai dikerjakan, bertebaranlah kamu sekalian di muka bumi dan carilah rezeki karunia Allah”. [Al Jumu’ah : 10]
Rejeki dan karunia Allah itu bermacam-macam bentuknya. Pengalaman ke luar negeri tentu akan mendatangkan rejeki dan karunia masing-masing. Bisa jadi rejeki dan karunia tersebut berupa ilmu, pengalaman, value, bisa jadi juga berupa uang, atau banyak hal lainnya yang insyaAllah bermanfaat jika kita mengambil segi yang positif. Jika ada ara melintang atau permasalahan yang datang, kemampuan self driving inilah yang dibutuhkan. Mahasiswa-mahasiswa yang sharing kisahnya disini menunjukkan kemampuan self drivingnya dalam mengalami suatu masalah. Seperti yang dituturkan oleh Prof Rhelnald,
Jadi, mau ketinggalan atau berfikir cepat dalam mengambil keputusan? Be driver ya ! :)
* Saya membuat passport pada tahun 2014, tanpa ada rencana ke luar negeri sebelumnya. Hanya mempersiapkan diri dan berdoa barangkali dapat rejeki ke luar negeri. Persiapan saat bertemu dengan peluang maka akan terjadilah keberuntungan. Alhamdulillah tahun 2015 dapat ke luar negeri, insyaAllah tahun ini akan berangkat lagi. Bismillah..
** Saat kuliah Metode Penelitian, kami diwajibkan mengikuti Seminar Nasional (sebagai pemakalah) dan dibebaskan mengikuti dimana saja dan sangat dianjurkan untuk tidak mengikuti Seminar Nasional di Kampus. Saat itu tim saya memilih mempublikasikan hasil penelitian di IPB. Dan wow! Ini pengalaman yang masyaAllah, Kami sempat tidur di stasiun dan di IPB bertemu para keynote speakers yang mengesankan. Mungkin Bu Andharini, dosen kami, juga menginginkan mahasiswanya memiliki Jiwa Self Driving. Terima kasih Bu Andharini :)
***Terima kasih untuk Mas Wahyu yang telah mengirimkan buku ini. Very inspiring!
pada waktu perkuliahan metode penelitian juga di bebaskan untuk ikut seminar nasional, kamu pilih ikut seminar nasional di daerah mana mbak?
BalasHapuswacana menarikkk..
BalasHapus